Kamis, 25 September 2014

Kesaksianku

Dalam arti penderitaan
Dalam raut kekecewaan
Dalam isak tangisan

Ku tersentak diantara itu
tetes demi tetes mulai berlomba untuk turun ke tanah
Riak air mata t’lah bergelimang di putih bola mata

Dirimu berkata “A”
Kulakukan itu ”A”
Ku berusaha tuk tidak mencampuri
Ku lirik masa depan
ku tatap persepsi tujuan

Namun...
Itu telah hancur
Meski berat untukku melepas
Namun hanya untuk dirimu

Ku mulai bersikap keatas
Dan mengubur segala masa depanku
Dan takkan kupaksakan
Biarlah diriku tergulung oleh segala pengharapan
bersama semua masa depan

Semata hanya untukmu...

Indahnya

Kulihat hijau dedaunan
Ku tatap indahnya mekar bunga
Ku nikmati kicauan seekor camar,
menari di lambai sebuah ranting

Ku pasrahkan terik mentari menjilati diriku
Ranting dan dahan...
Pun turut memacu indah panorama
Meliuk dahan nan rapuh
Melambai ranting nan elok
Memancarkan songsongan kehidupan baru

Bergelombang kecoklatan kulitmu
Yang sedang kokoh dengan eloknya dihamparan tanah
Menjadi titian bagi seluruh insekta

Dekat....
Ataupun jauh..
Tak menghalangi sorot mataku dangan indah pesona dirimu

Antara Duka dan Sukaku

Berjalan...
Kualui langkah pedih
kulewati aluran yang tak berujung

Derap kali kaki kecilku melangkah...
Kerikil demi kerikil
Duri demi duri..
Trus saja berada dan menghalangi arah jalanku

Demi mencari sesuap nasi
Dan seteguk banyu
Kurelakan kakiku habis dihajar sang mentari

Raut wajah yang terlukiskan
Tak memungkinkan terciptanya sunggingan senyum yang berarti
Biarlah....Biarkan
Kupendam dan kusimpan dalam kumpulan seluruh pengharapan
Pada sumur luapan kekesalan

Tak Ingin

Dalam suatu hal
Ada yang benar
Ada yang salah
Ada pula yang tidak berpihak antara keduanya

 Diam diri....
Mungkin kiat yang paling sempurna
Tak perlu dilihat
Rasa yang terjadi tak mungkin terkelabui
Antara rindu dan gelisah
Antara sedih dan canda tawa
Antara keluh dan kesah kita

Teringat binar-binar wajah
Ku nanti peristiwa itu
Rawan rasa hati ini
Bagai diiris dengan sembilu nan tajam dan tipis
 
Namun....
Sayang, ku t’lah melewatkannya
Roma-roma yang terasa, memancarkan keanehan
Walaupun...
Disaat diriku mulai tiada
Pastikan jangan ada lagi tetes air mata dan isak yang menderu-deru di raut wajahmu

Selasa, 23 September 2014

Goresan Seorang Ibu

Ragu daku
Menatap dirimu
Disetiap ulir jiwaku
Kutampakan keistimewaanku


Linang air mata
T’lah mengalir di ukiran sorot mataku
T’lah membasahi raut wajahku
T’lah menjadi saksi akan kekecewaanku


Ku paksakan keinginanmu
Ku lanjutkan kemauanmu
Ku biarkan semua keluh kesahku


Disaat ku tatap wajahmu
Dengan sorot kejinya perbuatanmu
Disaat itu pula, riuh hatiku berkecamuk dihempas kasarnya katamu


Hancur....!
Hancur berkeping-keping
Terserak...!
Dan berhamburan di lubuk perasaanku


Ku larang perasaanku
Tuk membalas perlakuanmu
Demi dirimu
Anakku...